Seorang
Ibu muda umur kisaran 21 tahun tidak memiliki kewarganegaraan yang jelas,
Malaysia bukan Indonesia pun bukan, namanya Siti. Memiliki anak usia 4 tahun
bernama Sarmila, usia yang sudah melebihi 1000 hari pertama kehidupan (HPK)
anak periode emas. Sarmila berbeda dengan anak seumurannya bahkan dengan anak
dibawah umurnya Sarmila, bedanya ada pada tumbuh dan kembang kehidupan Sarmila
dengan usianya yang sudah 4 tahun dia belum bisa berjalan dengan normal
layaknya anak seusia dia. Berat badannya terpantau di posyandu selalu naik
turun dan batas tertinggi data terakhir hanya 9 kilogram.
Sedikit
bercerita Bu Siti memiliki suami bernama Pakistan berkewarganegaraan Indonesia
yang tinggal dan tercatat di buku data kependudukan di Desa/Kampung Balikukup.
Di sebuah pulau terpencil, butuh waktu dua jam perjalanan laut untuk mencapai
pulau itu, dan pulau itu bernama “Balikukup”. Balikukup merupakan sebuah Desa
yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Batu Putih, kalau kita dari Ibu
Kota Kabupaten Berau butuh waktu delapan jam dengan menggunakan jalur darat dan
laut untuk bisa sampai ke Desa kecil ini. Desa Balikukup merupakan salah satu
desa dampingan penulis dari 7 desa yang ada di Kecamatan Batu Putih, sebagai
Koordinator Kecamatan Tenaga Pendamping Profesional P3MD sudah menjadi
keharusan dan rutinitas kami dalam melakukan pendampingan program hingga ke
Kampung Balikukup walaupun dengan menyeberangi lautan untuk bisa sampai ke
Pulau Balikukup. Salah satu fokus kami adalah berkaitan dengan Konvergensi
Pencegahan Stunting yang menjadi skala prioritas Kemendesa PDTT dalam
menjalankan program.
Berawal
dari Pendampingan kegiatan Konvergensi Pencegahan Stunting inilah kami
mengetahui ternyata salah satu alasan seorang anak menderita stunting tidak
hanya dari faktor asupan gizi saja, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan
gagalnya tumbuh kembang seorang anak. Kita kembali kepada Bu Siti dengan
suaminya Pak Pakistan dan anaknya Sarmila, keluarga muda dan kecil ini sama
layaknya keluarga muda lainnya, masih mencari kehidupan yang layak, ingin
memiliki kebutuhan hidup yang cukup.
Kami
bersua dengan Bu Siti secara langsung diagenda Rembug Stunting yang kami adakan
di Desa Balikukup. Dari sini kami banyak menggali informasi dan fakta seputar
keluarga Bu Siti. Ia membantu Suaminya melaut setiap harinya, hanya pada saat
cuaca buruk dia tidak ikut melaut, sekali jalan untuk melaut bisa
berminggu-minggu bahkan bulanan baru kembali ke daratan, dari penyampaian ini
kami bertanya bagaimana dengan Sarmila, apa dan seperti apa ibu Siti merawat
Sarmila, ternyata Sarmila ikut dan turut serta ke laut bersama kedua orang
tuanya, informasi ini pun kami pastikan kepada Bu Ade selaku Bidan (tenaga
kesehatan) yang ada di Balikukup bahwa pernyataan Bu Siti benar, maka
berkecamuk emosi didalam diri kami, anak usia 4 tahun harus ikut orang tuanya
mengarungi lautan untuk memenuhi kebutuhan gizinya, maka gizi yang seperti apa
yang akan diasup oleh Sarmila kalau hari-hari dia ada di tengah laut.
Semakin
kami mendalami jalan hidup keluarga muda ini semakin banyak hal miris yang
didapat, tapi semangat dan pengharapan itu tetap ada dalam diri Bu Siti untuk
mengupayakan tumbuh kembang anaknya, setiap dia ada di Desa Balikukup maka Bu
Bidan Ade akan selalu optimal dalam melakukan pelayanan, mulai dari memberi
pemahaman pada Bu Siti, dan memberikan Susu serta makan tambahan untuk Sarmila
yang didukung oleh Negara melalui program Kementerian Kesehatan dan Program
Pencegahan Stunting dari Kemndesa PDTT. Dari pemantauan 3 bulan terakhir dari
tulisan ini kami tulis, berat badan Sarmila ada perkembangan positif, di awal
berat badannya hanya 6 kilogram dan sekarang sudah 9 kilogram.
Fakta
lain yang kami dapatkan di lapangan adalah Bu Siti menikah dalam usia rentan
(muda) dan hamil dalam kondisi yang beresiko tinggi, kehidupan ekonomi keluarga
yang jauh dari kata layak dikarenakan suaminya hanya seorang nelayan kecil yang
juga menjadikan penyebab kurangnya asupan gizi yang cukup untuk kehamilan Bu
Siti dan akhirnya lahirlah Sarmila dengan kondisi Stunting, dari penelusuran
kami di lapangan didapatkan informasi bahwa keluarga dari suami Bu Siti juga
mempengaruhi pola hidup keluarga tersebut dikarenakan pola berfikir yang masih
jauh dari kata paham akan kesehatan dan keberlangsungan hidup yang layak serta
cara pandang orang tua dari keluarga Suami Bu Siti yang sulit untuk diberi
pemahaman bahwa kondisi cucu mereka (Sarmila) terindikasi Stunting, karena bagi
keluarga tersebut yang penting Sarmila terlihat sehat- sehat saja, mereka tidak
mau memahami bahwa kondisi perkembangan Sarmila jauh dibawah standar
perkembangan anak seusia dia.
Dalam
kondisi yang seperti ini Bu Siti masih memiliki Harapan kuat bahwa anaknya akan
kembali normal, maka dengan segala ikhtiar dan tentu berbarengan dengan Doa Bu
Siti, Bidan Ade, dan Kami Pendamping Desa masih memiliki keyakinan yang kuat
bahwa Sarmila akan membaik keadaannya dan keluar dari pahitnya lingkaran
stunting. Dalam beberapa hari kami melakukan pendekatan secara personal kepada
Bu Siti dan dia memiliki semangat yang kuat untuk menjadikan anaknya kepada
keadaan yang lebih baik, semua rasa pilu dan kesedihan hati dari Bu Siti
dijadikan sebagai pembakar semangatnya untuk mendapatkan perkembangan hidup
Sarmila yang lebih baik.
Cerita
Bu Siti dan kondisi Sarmila ini adalah satu kisah dari sekian kasus stunting
yang ada di Kecamatan Batu Putih, dan didapatkan kesamaan pola dalam lingkaran
kasus stunting yang ternyata factor utama nya adalah pemahaman yang sangat
rendah pada Pola Hidup Bersih dan Sehat serta sarana dan prasarana kebersian
yang tidak memadai yang dimiliki oleh keluarga yang terdampak stunting. Semoga
semua elemen yang ada di pemerintahan kampung/desa dapat bersinergi untuk
mengentaskan stunting, dan terus bekerja keras dalam percepatan pembangunan
serta pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan langkah-langkah konkrit
pencegahan stunting.
Pengharapan
dan Doa ini lah yang terus dan tanpa putus harus tetap dijalankan dan
diusahakan agar tidak ada lagi Sarmila-Sarmila lainnya di Desa Balikukup, perlu
kerja keras, sosialisasi bagi masyarakat yang masih sangat awam dengan Stunting
dan dampak yang akan diterima bagi penderita stunting, bahkan masyarakat tidak
terfikir dampak negatif yang akan terjadi pada generasi ini kedepannya andai
stunting semakin tinggi di negeri ini. Semoga segala ikhtiar dan doa kita semua
bisa memberikan hasil yang positif bagi penerus generasi kita yang akan datang,
sehingga bonus demografi generasi ini akan menghadirkan insan yang memiliki
kecerdasan yang mempuni, jauh dari kata tertinggal.
Untuk
informasi dapat penulis sampaikan bahwa di Kampung Balikukup dari tahun 2019
sudah dilakukan langkah penanganan stunting baik yang sifatnya langsung kepada
individu masyarakat ataupun fasilitas yang secara umum dirasakan juga oleh
masyarakat, dari tahun 2019 hingga sekarang terus melakukan pembangunan WC di
masing-masing rumah warga agar kampung balikukup terbebas dari yang namanya
Buang Air Besar Sembarangan. Langkah ini kami anggap sangat efektif karena dari
pendataan Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2020 kondisi kampung Balikukup
khususnya pada Indeks Kesehatan menjadi meningkat dari tahun sebelumnya yang
berdampak pada sattus IDM 2020 kampung Balikukup menjadi Kampung Berkembang
dimana sebelumnya masih berstatus Tertinggal.
Dari
sinilah kami meyakini bahwa dengan tekat dan semangat masyarakat untuk memiliki
lingkungan yang sehat, nyaman dan terbebas dari lingkungan yang kumuh masishs
bisa diupayakan agar masalah stunting ini bisa dituntaskan, tentunya semua
langkah-langkah yang telah dijalani ini tetap harus didukung dengan anggaran
yang memadai, dan peran Dana Desa dari Kementerian Desa PDTT sangat membantu
sekali dalam memenuhi semua kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat tersebut.
Langkah
lain yang tetap kami jalankan adalah rengan rutin mengadakan Rembug Stunting,
kegiatan ini sangat bermanfaat karena kita dapat secara langsung bertatap muka
dan mengdengarkan apa yang menjadi keluhan dan harapan dari semua pihak yang
hadir, dan selalu terjalin komunikasi yang baik bila dilakukan rembug, dengan
rutinnya dilakukan program ini besar harapan kami bahwa semua masyarakat yang
ada diwilayah dampingan kami khususnya Kampung Balikukup dapat tercerahkan dan
mendapat pengetahuan yang utuh akan bahaya dari stunting dan dampak buruknya
bagi masa depan anak-anak nantinya. Dan dari program ini juga kami berharap
dapat memberi kontribusi nyata untuk Pemerintah kampung dalam melaksanakan
program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Kampung, sehingga
perencanaan Kerja Pemerintah Kampung dapat lebih terfokus sesuai dengan kondisi
di lapangan dan tetap sesuai dengan RPJM Kampung yang direncanakan dalam 6 tahun
kepemimpinan serta diharapkan semua program yang ada ini difokuskan kepada
kegiatan yang berkelanjutan.
Penulis:
Riri Irawan (PLD Kecamatan Batu Putih)
0 Komentar