Tata
kelola desa yang modern dengan menggunakan perangkat digital menjadi isu
penting dalam program pembangunan negara bangsa. Pembangunan nasional sangat
tergantung pada kemajuan pembangunan desa. Pada era disrupsi dengan berbagai
perkembangan teknologi digital saat ini, sudah waktunya pemerintah desa berani
bertransformasi dalam hal tata kelola yang efektif dan efisien dengan
mengembangkan perangkat digital, baik dalam diri personalnya maupun secara
kelembagaan.
Pemanfaatan
perangkat digital yang baik dan benar oleh sumber daya manusia dan organisasi
kelembagaan pemerintahan desa akan sangat menentukan proses transformasi
masyarakat desa yang bermakna. Pada sisi lain, dengan mengenalkan perangkat
digital pada masyarakat kelompok rentan (anak-anak, remaja, ibu rumah tangga,
kaum difabel), pemerintah desa sudah mendukung program nasional demi memenuhi
bonus demografi, generasi emas 2045, dan isu SDG’s. Tanpa perhatian yang adil
terhadap kelompok rentan pada masa perkembangan teknologi digital ini, maka
akan berdampak buruk pada ketimpangan dan kesenjangan social ekonomi, yang
tentunya berpengaruh pada terhambatnya laju pembangunan nasional.
Sebagai
pendamping desa di kecamatan Cibal, Manggarai NTT, saya menemukan masih banyak
perangkat desa yang merupakan elemen penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintah desa yang gagap digital, sedangkan segala bentuk penyelenggaraan
pemerintah desa mulai dari perencanaan, pertanggungjawaban, pelaporan, dan
sistem informasi desa dilakukan dengan digitalisasi.
Sementara
pemanfaatan teknologi digital bagi pemerintah desa dan perangkat desa dapat
memberikan banyak sekali manfaat untuk meningkatkan efisiensi, transparansi,
dan kualitas layanan kepada masyarakat (Afriyani, dkk, 2021). Dalam hal ini,
penggunaan perangkat digital dapat membantu terbentuknya desa cerdas (smart
village) dan desa digital (digital village) sebagaimana yang menjadi salah satu
program dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkoinfo).
Adapun
berapa manfaat penggunaan teknologi digital untuk membantu pemerintah desa
(Rohmantika, dkk, 2022), yakni: pertama, Pembangunan dan pengembangan manajemen
sumber daya desa melalui pengembangan Sistem Informasi Desa (SID) yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data tentang sumber daya
desa. Dengan demikian, data ini dapat dimanfaatkan guna membuat perencanaan
pembangunan dan alokasi sumber daya. Kedua, Pelayanan Publik.
Pelayanan
public ini bisa didesain melalui e- Government system, di mana memungkinkan
warga desa mengakses informasi, mengajukan permohonan izin, atau melakukan
pembayaran pajak secara online. Selain ini bisa mendesain aplikasi seluler
desa, di mana dapat memudahkan akses pada layanan pemerintah desa, seperti
pendaftaran kelahiran, kematian, atau layanan kesehatan. Ketiga, Manajemen
Keuangan Desa yang didesain dalam bentuk Sistem Informasi Keuangan Desa
(SISKEUDes) yang dapat menginformasikan secara akuntabel dan transparan
mengenai tata Kelola anggaran, transaksi, dan pelaporan keuangan. Keempat,
pemberdayaan masyarakat desa.
Dengan
memanfaatkan perangkat digital, pemerintah desa dapat mengelola pendidikan
digital bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu rumah tangga dan kaum
difabel. Pemerintah desa dapat mengadakan kegiatan pelatihan bagi kaum rentan
ini tentang cara menggunakan teknologi digital secara baik dan benar, termasuk
akses ke internet, penggunaan perangkat seluler, dan keterampilan dasar dalam
penggunaan komputer. Selain itu pemerintah desa juga mendapat meningkatkan
partisipasi publik untuk berbagai kepentingan, terutama terkait dengan
partisipasi langsung warga desa dalam proses pengambilan keputusan lokal dan
memberikan masukan terkait pembangunan desa.
Kelima,
pelayanan kesehatan dan layanan sosial. Pemerintah desa dapat menggunakan
teknologi untuk mendistribusikan bantuan sosial, seperti program tunai atau
makanan, kepada keluarga yang membutuhkan. Keenam, keamanan dan keadaan
darurat. Perangkat digital dapat dimanfaatkan oleh pemerintahan desa untuk
membangun sistem peringatan dini (early warning system) melalui pesan teks atau
aplikasi seluler, yang bertujuan untuk menginformasikan masyarakat tentang
bencana alam atau situasi darurat lainnya. Ketujuh, pengawasan dan pemantauan
program pembangunan. Dengan adanya perangkat digital yang dikelola dengan baik,
warga desa dapat berpartisipasi untuk mengawasi dan memantau program
pembangunan desa, pemetaan sumber daya, dan perencanaan tata ruang desa.
Dilihat
dari signifikansi manfaat dan kegunaan, maka digitalisasi tata Kelola
pemerintahan desa yang lebih modern menjadi hal yang sangat urgen dan mendesak,
baik bagi personalnya maupun organisasi kelembagaannya.
Menyadari
besarnya manfaat perangkat digital dalam mengembangkan tata Kelola desa yang
lebih modern, maka selain perangkat desa yang diberdayakan tetapi juga pada
masyarakat desa, lebih khusus pada kelompok rentan seperti anak koe
(anak-anak), anak molas/reba (remaja), ende-ende (ibu rumah tangga) dan kaum
difabel. Memang perlu disadari, upaya pengembangan perangkat digital di desa
untuk kaum rentan memerlukan investasi dalam infrastruktur teknologi,
pelatihan, dan pendekatan yang inklusif.
Namun,
jika dilaksanakan dengan niat dan tujuan yang baik, maka manfaat jangka
panjangnya sangatlah berdampak besar dalam hal membantu mengurangi kesenjangan
sosial dan memberikan peluang yang lebih adil bagi semua anggota masyarakat
desa. Hal ini tentu akan sangat mendukung program pembangunan bangsa,
terciptanya bonus demografi, terbentuknya generasi emas 2045, serta mendukung
tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s/SDG’s)
(Tapung, 2022).
Adapun
hal mendasar mengapa perangkat digital perlu dikenalkan bagi kaum rentan di
desa karena memiliki beberapa manfaat berikut ini (Fatonah, 2018; Gunarto,
2001). Pertama, kelompok rentan harus memiliki akses yang mudah pada kegiatan
Pendidikan. Berbagai model perangkat digital dapat digunakan untuk menyediakan
akses pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di desa. Model perangkat yang
dikenalkan seperti materi pembelajaran online, kursus jarak jauh, dan sumber
daya pendidikan interaktif.
Dengan
dikembangkan dan dikenalkannya perangkat digital ini, anak-anak di desa yang
sulit mengakses sekolah fisik dapat mengambil manfaat dari pembelajaran online
atau dalam jaringan (daring). Kedua, fasilitasi kegiatan pemberdayaan
perempuan. Dengan mengenalkan teknologi digital, perempuan di desa dapat
memiliki akses ke peluang ekonomi dan pendidikan. Mereka dapat menggunakan
perangkat digital untuk belajar keterampilan baru, menghidupkan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM), menjalankan bisnis kecil, atau bahkan mengakses
pekerjaan jarak jauh.
Lewat
penggunaan perangkat digital yang mahir, perempuan di desa bisa mengakses
informasi ketersediaan pekerjaan dan peluang ekonomi. Pengembangan perangkat
digital di desa dapat membuka pintu bagi penciptaan lapangan kerja baru,
termasuk pekerjaan jarak jauh atau pekerjaan di bidang teknologi. Hal ini dapat
membantu meningkatkan ekonomi desa dan memberikan peluang pekerjaan bagi semua
anggota masyarakat, termasuk kaum rentan. Ketiga, memiliki kemudahan akses pada
informasi kesehatan.
Dengan
mengenalkan perangkat digital kepada kelompok rentan ini, maka mereka dapat
menggunakan perangkat digital ini untuk informasi kesehatan, termasuk informasi
tentang kesehatan anak-anak, perempuan, dan difabel; termasuk di dalamnya
telemedicine, yang dapat digunakan untuk konsultasi kesehatan jarak jauh.
Keempat, mendukung munculnya kesadaran pendidikan bagi kaum difabel. Dengan
mengenalkan perangkat digital, masyarakat dapat meningkatkan kesadaran tentang
isu-isu yang dihadapi oleh difabel.
Pemerintah
desa dapat menginisiasi untuk menyediakan sumber daya pendidikan khusus bagi
mereka. Aplikasi dan perangkat lunak khusus juga dapat membantu difabel
mengakses layanan dan komunikasi dengan lebih baik. Kelima, terjalinya
keterhubungan sosial. Teknologi digital dapat membantu memperkuat keterhubungan
sosial di desa, terutama dalam situasi bencana alam dan kekurangan. Hal ini
memungkinkan anak-anak, perempuan, dan difabel untuk tetap terhubung dengan
keluarga, teman, dan masyarakat mereka. Kelima, pemberdayaan melalui pelatihan.
Pelatihan dalam penggunaan perangkat digital dan keterampilan terkait teknologi
dapat memberdayakan kaum rentan di desa untuk mengambil manfaat penuh dari
potensi teknologi ini, dengan berbagai kegiatan pelatihan dalam menggunakan
komputer, internet, aplikasi, dan perangkat keras lainnya.
Dalam
rangka mendukung program pemerintah dalam membentuk desa cerdas (smart village)
dan desa digital (digitalized village), saya selaku pendamping desa memiliki
upaya sendiri. Pada bulan Mei-Juni 2022, berkolaborasi British Council dalam
program Skills for Inclusive Digital Participations (SIDP), saya melakukan
kegiatan pelatihan teknologi digital kepada perangkat desa, dan berbagai
kelompok inklusif desa, yakni remaja dan ibu rumah tangga.
Kegiatan
ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pelatihan dasar bagi kelompok
masyarakat yang sama sekali tidak mengenal perangkat digital. Pda kelompok ini
yang dilatih adalah keterampilan navigasi dasar (buka tutup laptop dan
handphone, menggunakan mouse, menggunakan touchpad laptop, mengetik di
perangkat layar sentuh, dan menggunakan keyboard, kesehatan dan keselamatan
saat bekerja dengan perangkat digital, mengenal perangkat digital (laptop dan
smartphone), cara memeriksa spesifikasi komputer, cara menemukan beberapa
masalah yang sering terjadi saat mengoperasikan perangkat digital, serta
mengetahui cara agar tetap aman saat online (keamanan siber).
Pepatah
“biar lambat asal selamat” menjadi semboyan nyata selama pelatihan. Kami harus
ekstra sabar menuntun ende-ende yang sudah gemetaran bahkan sebelum menyentuh
laptop dan handphone. Terkadang touchscreen tidak dapat digerakan karena
jari-jemari mereka sudah lebih dahulu basah oleh keringat. Saling menggoda dan
mengejek menjadi selingan hangat selama pelatihan. Ataupun memberi ruang pada
ibu-ibu yang masih harus mengurus anak-anak mereka.
Namun
dengan perjuangan dan tekat yang kuat, akhirnya kami bisa menikmati riuh tawa
ketika mereka bisa menyelesaikan satu demi satu babak tantangan yang diberikan.
Meskipun belum benar- benar fasih, selama tiga hari preses pelatihan sebagian
besar peserta sudah mengenal beberapa perangkat digital beserta fitur dasar
perangkat digital seperti laptop dan handphone. Mereka juga sudah mengetahui
teknik dasar pengoperasian laptop dan handphone seperti buka tutup laptop
dengan benar, cara menggunakan mouse, menggunakan fitur-fitur dasar seperti
cara mengetik, cara mengirim pesan melaui SMS (Short Message Service), WA
(Whatsapp), cara menemukan informasi melalui google dengan aman, atau hanya
sekedar mendengarkan musik.Pelatihan
tahap kedua disebut pelatihan intermediate.
Pelatihan
ini diberikan kepada para perangkat desa dan kelompok masyarakat yang sudah
mengenal perangkat digital dasar, tetapi belum efektif dalam penggunaannya.
Yang menjadi pertimbangan beberapa kelompok perangkat desa dan masyarkat
menjadi tujuan dan sasaran kegiatan, antara lain karena mereka belum optimal
dalam mengenal beberapa fitur penting yang bisa dipakai untuk pengembangan
kapasitas diri dan peningkatan perekonomian. Dengan pelatihan ini mereka
semakin kenal dan menjadi lebih mahir dan bisa mengembangkan perangkat digital
untuk kepentingan tata kelola kelembagaan desa, serta mendesain bentuk
fasilitasi program pembangunan desa dengan kebutuhan masyarakat.
Adapun
materi yang diberikan adalah berpikir kritis (misalnya cara membedakan fakta
dan hoaks, mengenal etika membagikan informasi kepada orang lain), berpikir
kreatif (teknik pengembangan diri dengan memanfaatkan mesin pencari, Teknik
membuat konten kreatif, dan teknik membuat konten inklusif seperti menggunakan
heading dan alt text), kolaboratif (cara menemukan komunitas yang memiliki
minat yang sama melalui media social dan msin pencari lainnya, cara bergabung
dengan komunitas online), keselamatan dan keamanan (bagaimana mengamankan data
pribadi, mengamankan hak citra dan keamanan gambar).
Pelatihan
intermediate ini dilakukan secara daring dengan pelatih-pelatih profesional
dari berbagai lembaga berskala nasional yang berdomisili di beberapa kota besar
di Indonesia. Karena rata- rata peserta sudah
mengenal dasar-dasar
perangkat digital, maka pelatihan
selama tiga hari berjalan dengan lancar. Setelah melalukan kegiatan ini,
muncul manfaat yang luar biasa bagi kelompok- kelompok sasarnya. Sejauh
pemantauan saya sebagai pendamping desa di kecamatan Cibal, Manggarai, NTT,
ternyata pelatihan teknologi digital kami berikan berdampak cukup baik bagi
perangkat desa, di mana yang dulunya hanya satu atau dua orang saja yang dapat
mengoperasikan perangkat digital, sekarang sudah semakin banyak.
Terbukti
kegiatan pendataan SDG’s beberapa bulan lalu yang harus menggunkan perangkat
laptop atausmartphobne bisa dilakukan oleh hampir semua perangkat desa.
Pendistribusian tugas pelayanan kemasyarakatan serta administrasi desa lebih
merata sehingga beban tugas semakin berkurang.Begitu pula yang terjadi pada
kelompok masyarakat, ada salah seorang ibu rumah tangga yang memiliki UMKM
sebelum mengikuti pelatihan teknologi digital menjual hasil karyanya secara
manual atau dengan sosial media dengan tampilan biasa saja namun akhirnya dapat
menggunakan fitur-fitur digital sehingga tampilannya menarik dan lebih laris.
Hal ini tentu amat menggembirakan.
Oleh
karena itu saya berharap, kegiatan pelatihan teknologi digital terus diberikan
kepada kelompok masyarakat sesuai dengan perkembangannya. Dan saya akan terus
berupaya untuk terus mendampingi pemerintah dan masyarakat desa agar dalam hal
digitalisasi desa tidak ada seorangpun yang tertinggal. Dengan niat baik dan
melalui strategi yang tepat, berbagai bentuk upaya digitalisasi desa dapat
menjadi daya ungkit utama bagi kemajuan menuju masyarakat desa cerdas yang
inklusif dan berkelanjutan.
Penulis: Theresia Evarista Risa (PD Kecamatan Cibal, Manggarai, NTT)
0 Komentar