Situs Warisan Alami Nan Kokoh dengan Sejuta Legenda: Batu Suli

 


Lokasi destinasi wisata di Kalimantan Tengah yang dapat kita jumpai di pelosok desa salah satunya adalah situs Batu Suli. Selain merupakan salah satu situs sejarah situs Batu Suli juga merupakan situs alami yang terletak di Desa Upon Batu, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah. Batu Suli memiliki daya tarik dan keistimewaan tersendiri jika wisatawan yang datang berkunjung menatap situs alami tersebut dari atas tanah yang kemiringannya mirip seperti tebing di desa Upon Batu, maka akan nampak sebuah batu yang menjulang cukup tinggi ke atas seolah-olah berada dalam keadaan atau posisi jatuh ke dalam sungai Kahayan.

Situs alami Batu Suli memiliki tinggi sekitar 476 MDPL dan perkiraan jarak 200 kilometer dari Kota Palangka Raya dan memerlukan waktu tempuh sekitar lima jam perjalanan jika ditempuh melalui transprotasi darat. Atau bisa juga menempuh perjalanan menggunakan transprotasi air yaitu menggunakan perahu kelotok dengan menyusuri Sungai Kahayan melalui Pelabuhan Tewah dengan waktu tempuh sekitar dua jam perjalanan.

Posisi batu yang seolah-olah berada dalam keadaan atau posisi jatuh ke dalam Sungai Kahayan ini, seperti membuat Kita ingin melihat lebih dekat dan mengetahui lebih jauh bagaimana sejarah yang ada didalamnya. Sebagai penghubung jalan masuk maka kita dapat menyebrang melalui jembatan setapak yang hanya dapat dilalui oleh sepeda motor. Oleh masyarakat yang menetap di desa Upon Batu, jembatan tersebut dinamakan Jembatan Gantung Upon Batu.

Menurut penuturan Pak Kades Desa Upon Batu, yaitu Pak Isaskar istilah Batu Suli ini merujuk pada nama tanaman berupa buah hutan yang tumbuh dan hidup diatas bukit batu tersebut yaitu berupa tanaman buah suli. Buah tersebut memiliki ciri khas yang cukup istimewa yaitu bentuk dan ukuran dari buah ini agak lonjong sebesar kelingking perempuan remaja dengan panjang kurang lebih 10 cm, kulit luar dari buah tersebut berwarna krem, dengan daging buahnya berwarna bening tipis dan bijinya berwarna hitam pekat. Untuk cita rasa dari buah Suli ini adalah sangat manis dengan aroma khas yang istimewa dari buah tersebut.

Namun sangat disayangkan untuk saat ini, keberadaan buah yang bernama buah Batu Suli ini sudah mulai langka dan cukup sulit untuk mendapatkannya. Selain itu menurut warga sekitar ada legenda atau cerita menarik yaitu di Bukit Batu Suli yang tinggi pernah terjadi pertarungan antara Temanggung Amai Rawang dengan seekor naga besar. Temanggung Amai Rawang adalah seorang tokoh legenda yang diyakini masyarakat di sekitar wilayah Kabupaten Gunung Mas dan berjasa besar terhadap keberadaan situs alami Batu Suli pada saat ini.

Dikisahkan menurut legenda, ada seekor naga besar yang ingin sekali memiliki dan mengambil Batu Suli tetapi hal tersebut tentu saja ditentang oleh Temanggung Amai Rawang. Kemudian Temanggung Amai Rawang dengan bersenjatakan pedang panjangnya bertarung dengan naga besar tersebut. Seperti tak kehabisan taktik, Temanggung Amai Rawang akhirnya membelah bukit Batu Suli menjadi dua bercabang seperti konsisinya saat ini, dan upaya ini membuahkan hasil, sang naga besar itu pun kemudian pergi dan tidak pernah lagi mencoba merebut Batu Suli lagi.

Ada juga legenda menarik lainnya yang menjadi warisan sejarah dari suku Dayak yaitu mengenai keberadaan Batu Antang yang berada di dalam kawasan situs bukit Batu Suli. Nama Batu Antang itu sendiri memiliki arti yaitu lorong sempit. Selain itu batu Antang ini juga sering disebut dengan nama batu Tingkes. Batu Antang atau batu Tingkes ini tersusun dari dua batu yang saling berhadapan. Di antara kedua batu yang saling berhadapan tersebut terdapat celah kecil. Uniknya meskipun celahnya berukuran kecil namun tetap dapat dilewati oleh manusia dengan cara merayap melalui lubang yang berukuran kecil tersebut. Dan ada mitos yang berkembang di kalangan masyarakat desa Upon Batu yaitu jika anda ingin melalui lubang kecil tersebut harus disertai dengan keyakinan penuh maka karena itu jika anda tidak berani atau ciut nyalinya maka jangan sekali-kali untuk mencoba merayap melalui lubang kecil yang terdapat pada batu Antang tersebut.

Menurut legenda lainnya, dahulu juga terdapat beberapa batu-batu yang menjadi pecahan dari batu Suli yang terseret arus Sungai Kahayan dan terdampar di berbagai tempat tertentu. Oleh masyarakat Dayak Ngaju setempat nama batu-batu tersebut diabadikan menjadi nama desa hingga sekarang, seperti batu Ampar, batu Mahasur, batu Badinging, batu Nyapau, batu Ampang, dan batu Nyiwuh.

Di desa Upon Batu juga terdapat situs atau cagar budaya berupa rumah Betang, kuburan Amai Rawang beserta istri Inai Rawang, situs alami berupa batu Tingkes atau batu Antang, pemandian Rahan Bawin Kameloh, Telaga Balian serta Patahu Lewu. Selain itu situs sejarah atau situs alami Batu Suli ini juga dikembangkan sebagai desain batik khas kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dengan tema mengangkat potensi lokal berupa wisata daerah yang berasal dari desa Upon Batu kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Desain tersebut pernah mengikuti dan memenangkan lomba desain batik khas kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang diselenggarakan pada tanggal 1 Juli sampai 20 Agustus 2020 lalu, ucap Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Mimie Mariatie Jaya S Monong.

Motif utama desain batik khas kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yaitu Batu Suli dan buah Suli. Batu Suli merupakan pemandangan berupa bongkahan batu yang membentuk bukit terjal dan berdiri kokoh di pinggiran sungai Kahayan dihiasi dengan ornament kepala burung Tingang yang diidentikkan dengan suku Dayak Ngaju. Ornamen ini dibubuhi warna merah yang melambangkan kekuatan dan keberanian suku Dayak Ngaju dalam melindungi tanah airnya. Kemudian buah Suli adalah tanaman yang buah dan bunganya tumbuh dan hidup diatas bukit batu juga merupakan bagian yang tak kalah penting dalam desain batik khas Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Nah jika ingin memasuki lokasi wisata ini, maka pengunjung diwajibkan mengisi buku tamu yang telah disedikan oleh petugas di depan jalan masuk wisata Batu Suli serta membayar tiket masuk sebesar 10.000 (sepuluh ribu) rupiah per orang dimulai dari anak SMA sampai orang dewasa.

Mengikuti perkembangan teknologi yang ada saat ini, maka desa Upon Batu pun tak luput mendapat perhatian dari pemerintah pusat terutama dari Kementerian Komunikasi dan Informasi atau yang biasa disingkat Kominfo memberikan fasilitas berupa pendirian alat komunikasi jaringan kartu XL di desa Upon Batu yang dimulai sejak bulan Februari tahun 2023. Selain itu di Desa Upon Batu ini, juga telah disediakan fasilitas berupa rumah singgah atau yang biasa disebut home stay yang terbuat dari bahan bangunan berupa beton sebanyak 2 buah yang dikelola secara pribadi yaitu oleh Bapak Isaskar dan Bapak Gantar.

Coba bayangkan, jika berada di pedesaan di awali dengan pagi hari yang tenang kemudian diselimuti kabut tipis yang membungkus bukit dari kejauhan sementara udara segar yang mengandung banyak oksigen berhembus, bukankah sungguh bahagia dan bagaimana kita tidak bersyukur jika memiliki obejk wisata demikian indah di Kalimantan Tengah. Dan jika berjalan-jalan disekitar pemukiman warga atau disekitar wilayah Batu Suli tersebut kita juga akan menemukan kebun PKK yaitu berupa tanam-tanaman yang sengaja ditaman dalam sebuah kebun kecil atau kebun mini berupa tanaman terong, lombok, kangkung, kacang panjang, tomat, suna, serai, jahe putih, jahe merah, lengkuas, kunyit, bayam, sawi waluh, mentimun, rambutan, dsbnya. Sayangnya di Desa Upon Batu ini belum ada disediakan penterjemah dan tour guide.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para wisatwan yang ingin berkunjung baik wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini terlihat pada jumlah tamu yang selalu ada berkunjung setiap bulan, jika wisatawan lokal tersebut berasal dari Kurun, Tewah, Sei Hanyu (Kapuas) dan Palangka Raya. Wisatawan mancanegara yang paling sering berkunjung adalah wisatawan yang berasal dari negara Perancis dengan tujuan melakukan penelitian budaya, sejarah maupun ilmiah terhadap cagar budaya berupa rumah Betang, kuburan Amai Rawang beserta istri Inai Rawang, situs alami berupa batu Tingkes atau batu Antang, pemandian Rahan Bawin Kameloh, Telaga Balian, serta Patahu Lewu.

Mayoritas masyarakat yang berada di desa Upon Batu adalah beragama Kristen Protestan atau Nasrani. Fasilitas gereja yang dapat ditemukan sebanyak 2 buah gerja yaitu gerja GKE ASI Upon Batu dan GPT (Gereja Pantekosta Tabernakel). Untuk fasilitas kesehatan dapat ditemukan berupa adanya pustu sebanyak 1 (satu) buah yang berfungsi dengan baik. Dan untuk mata pencaharian masyarakat yang ada di desa Upon Batu adalah menjaring atau menangkap ikan dan menyadap karet. Menurut penuturan Pak Kades desa Upon Batu, yaitu Pak Isaskar ikan akan lebih mudah ditangkap atau didapat pada saat terjadinya musim kemarau seperti ikan patin sungai yang berukuran cukup sedang dijual dengan harga 85.000 ribu rupiah per ekor sedangkan untuk ukuran sebesar lengan tangan orang dewasa dijual dengan harga 100.000 ribu rupiah per ekor.

Untuk kebutuhan bahan pokok berupa beras dan sayur masyarakat di Desa Upon Batu memasok dari luar desa atau ada sebagian warga yang tinggal di Desa Upon Batu pergi membeli ke Kecamatan Tewah kemudian untuk dijual kembali di Desa Upon Batu ini. Desa Upon Batu ini pernah mengikuti Lomba Desa Wisma yang ditujukan untuk Ibu-ibu PKK dengan syarat diikuti atau diwakili per 1 RT dan terdiri dari 10 (sepuluh) rumah pada tahun 2023 tingkat Kecamatan Tewah dan mendapatkan juara 1 tingkat Kecamatan Tewah. Kemudian untuk meningkatkan pemasukan, maka kelompok sadar wisata (Pokdarwis) pada saat ini berinisiatif membangun gazebo sebanyak 2 (dua) buah, pembangunan loket wisata, pembangunan WC umum sebanyak 2 (dua) pintu, pembangunan lahan parkir dan pemasangan lampu taman dengan tujuan agar menambah daya tarik atau pikat wisatawan lokal maupun mancanegara.



Penulis: Stevie Vebrialisna

Posting Komentar

0 Komentar