Mengawal Desa Membangun Indonesia

 


“Desa harus jadi kekuatan ekonomi, agar warganya tak hijrah ke kota”, bagi para penggemar Iwan Fals tentu cuplikan lirik lagu ini tidak asing ditelinga. Ya, “Desa” adalah salah satu lagu yang dipoluerkan musisi Iwan Fals pada tahun 2004. Namun, pada tulisan ini saya tidak akan membahas tentang Iwan Fals ya, tapi membahas salah-satu tokoh penting di kancah perdesaan, yang dikenal murah senyum dan bersahaja, yakni Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Dr. Drs. H. Abdul Halim Iskandar.

 Gus Halim, sapaan akrabnya, lahir di Jawa Timur tepatnya di Jombang pada tanggal 14 Juli 1962. Lahir dari keluarga religius, anak sulung dari pasangan Bapak Muhammad Iskandar dan Ibu Muhasonah. Beliau saat ini menjabat sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia sejak dilantik pada tangal 23 Oktober tahun 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Alumni Universitas Negeri Yogyakarta (1987) ini memulai karir politik sebagai Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jombang dan kemudian menjadi Ketua DPW PKB Jawa Timur. Namun sebelum terjun ke dunia politik, bapak tiga anak tersebut merupaka guru dan dosen di salah- satu universitas ternama di Indonesia.

Suami dari Ny. Lilik Umi Nashiah ini merupakan kakak kandung dari Muhamin Iskandar atau dikenal dengan Cak Imin ini, banyak menghabiskan masa kecilnya sebagai santri di Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang, atau lebih kita kenal dengan Pondok Denanyar yang didirikan oleh Kiai Haji Bishri Syansuri, seorang ulama dan tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) yang tidak lain merupakan kakek buyutnya. Pendidikan formal Gus Halim dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTS dan MAN Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang kemudian melanjutkan studi strata satu di Universitas Yogyakarta, kemudian program pasca sarjana di Universitas Negeri Malang (1992) dan program master di Universitas Yogyakarta (2020). Karena lahir dan besar di lingkungan desa, membuatnya fasih bicara ragam persoalan dan permasalahan desa.

Berbicara mengenai karier dan pengalaman organisasi, Abdul Halim Iskandar yang ternyata banyak berkecimpung di dunia pendidikan, yakni sebagai guru BP di MAN Mambaul Ma’arif Denanyar, Dewan Pengasuh Pondok Pensantrean Mambaul Ma’arif Denanyar, Kepala Sekolah SMK Sultan Agung Tebuireng Jombang, Dosen Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY), Dekan Fakultas Tarbiyah UNHASY. Beliau juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Jombang.

Melihat pengalaman dan karier organisasinya, bisa disimpulkan bahwa beliau merupakan salah- satu tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai informasi, Dr.Drs. H. Abdul Halim Iskandar dianugerahi sebagai Indonesia’s Achievement Award 2020 karena perannya dalam menjaga desa di masa pandemi Covid-19 dan penghargaan sebagai Tokoh Nahdliyin Inspiratif oleh Forkom Jurnalis Nahdliyin pada Tahun 2022. Di kancah dunia politik, Abdul Halim Iskandar pernah menjabat sebagai anggota legislaitif dengan jabatan sebagai Ketua DPRD Jawa Timur (2014-2019) kemudian terpilih kembali sebagai Wakil Ketua DPRD Jawa Timur (2019-2024) yang kemudian harus ia tinggalkan karena masuk dalam Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasnmigrasi RI.

Sebagai Menteri Desa yang dikenal bersahaja, low profile dan egaliter, sosok berkacamata ini tampak mencurahkan dedikasinya untuk membangun desa dan perdesaan. Beberapa program kerja yang cukup populer kemudian diadopsi menjadi beberapa prioritas pembangunan desa meliputi percepatan dan penghapusan kemiskinan ekstrem melalui Bantuan Langsung Tunai dan peningkatan sentra pangan di kawasan transmigrasi, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kesehatan warga desa melalui program konvergensi stunting, penanggulangan masalah pengangguran di desa melalui program Padat Karya Tunai Desa, serta ada percepatan pembangunan infrastruktur dasar melalui pembangunan desa cerdas atau smart village. Kemudian selain itu ada program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) dan Pembentukan/ Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) yang diharapkan mampu mendorong perekonomian di Desa.

Sebagai bagian dari upaya untuk mencapai target pembangunan yang berkelanjutan di desa, arah kebijakan dan program kerja yang diluncurkan oleh Gus Halim sejak tahun 2021 ditekankan pada tindak lanjut hasil pencapaian SDGs Desa (Suistainable Development Goals) yang dilakukan ditingkat Desa. SDGs merupakan rencana aksi global yang disepakati para pemimpin dunia guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. Lalu, apa saja tujuan dari SDGs Desa?. Sedikit saya akan mencuplik pada tulisan ini, karena SDGs Desa merupakan salah- satu program yang diunggulkan oleh Gus Halim sebagai Menteri Desa. Bahkan, program SDGs Desa ini pernah dipamerkan oleh Gus Halim di Markas PBB New York pada tanggal 10-20 Juli 2023 pada kegiatan High Level Political Forum on Sustainable Development 2023.

Tujuan SDGs Desa yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2030 ada 18 pilar yakni Desa Tanpa Kemiskinan, Desa Tanpa Kelaparan, Desa Sehat dan Sejahtera, Pendidikan Desa Berkualitas, Keterlibatan Perempuan Desa, Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi, Desa yang Berenergi Bersih dan Terbarukan, Pertumbuhan Ekonomi Desa Merata, Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai Kebutuhan, Desa Tanpa Kesenjangan, Kawasan Permukiman Desa Aman dan Nyaman, Konsumsi dan Produksi Desa Sadar Lingkungan, Desa Tanggap Perubahan Iklim, Desa Peduli Lingkungan Laut, Desa Peduli Lingkungan Darat, Desa Damai Berkeadilan, Kemitraan untuk Pembangunan Desa, dan terkhir Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif.

Melihat pemaparan program kerja dan kebijakan Gus Menteri Desa yang berbasis SDGs Desa, dilihat dan dibaca secara teoritis tentu saja menurut sudut pandang saya sebagai bagian dari pelaku pemberdayaan di tingkat desa, dapat dikatakan bahwa program kerja Gus Menteri mendekati sempurna dan mudah- mudahan menjadi inspirasi bagi pembangunan di desa.

Namun harapan kami selaku salah-satu pelaku pemberdayaan di desa, program- program tersebut juga ditindaklanjuti secara maksimal oleh pemegang kebijakan ditingkatan daerah baik kabupaten mapun provinsi. Karena apa daya kami jika pemerintah daerah kurang memberikan dukungan terhadap program- program kerja Gus Menteri Desa tersebut.

Bahkan bukan hanya pemerintah daerah, termasuk pemerintah desa selaku pelaku utama, tenaga pendamping desa/ pelaku pemberdayaan, organisasi masyarakarat dan unsur- unsur masyarakat harus turut berperan serta dan bersama sama mewujudkan program- program Gus Menteri Desa karena kita tentu saja tidak ingin, program- program kerja prioritas tersebut hanya jadi pepesan kosong ketika sampai di desa, tentu sangat disayangkan. Strategi SDGs Desa ini diharapkan mampu membantu Kepala Desa dalam memimpin pembangunan di wilayah desanya.

Pada akhir tulisan ini, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Gus Menteri Desa, Bapak Abdul Halim Iskandar yang telah mencurahkan pikiran, waktu dan tenaganya untuk kemajuan desa dan masyarakat desa. Tentu saja tidak mudah mengawal pembangunan di 83.794 desa/kelurahan yang tersebar di seluruh wilayah NKRI dengan ragam karakter wilayah dan masyarakat tanpa kerjasama dengan seluruh pihak, stakeholder dan unsur- unsur terkait.

Kemudian besar harapan saya, bahwa Gus Menteri senantiasa meningkatkan kualitas tenaga pendamping desa yang merupakan fasilitator terdekat dengan pemerintah desa dan masyarakat desa. Semoga Gus Halim mampu mengawal desa untuk terus membangun Indonesia dan juga mewujudkan cita- cita Iwan Fals dan kita semua tentunya bahwa “Desa harus jadi kekuatan ekonomi, agar warganya tak hijrah ke kota”. Wallahu A’lam Bishawab.

 

 

Penulis: Restu NH

Posting Komentar

0 Komentar