Kebiasaan
tradisi lisan sudah berkembang berabad-abad di wilayah nusantara Indonesia.
Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki tradisi
lisan terlebih dahulu baru kemudian disusul munculnya tradisi untuk menulis.
UNESCO mencanangkan bahwa tradisi lisan adalah those tradition which have been
transmitted in time and space by the word and act atau yang artinya
tradisi-tradisi yang diwariskan dalam ruang dan waktu dengan ujaran dan
tindakan.
Salah
satu contoh jenis tradisi lisan adalah cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan
bentuk tradisi lisan yang murni lisan dan artinya tidak ada sumber asli
berbentuk tertulis. Cerita rakyat disampaikan secara lisan dan turun-temurun
diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Baru ketika orang mengenal
tradisi menulis, muncul beberapa cerita rakyat mulai dibukukan sebagai dokumen
untuk menyimpan keaneka ragaman sastra dan budaya bangsa Indonesia yang adi luhung.
Menilik
dalam sejarah tradisi lisan masyarakat bangsa Indonesia, maka disebutkan bahwa
di negara Indonesia pernah berkembang istilah pawang. Pawang adalah orang yang
tukang cerita yang tugasnya menyampaikan cerita secara lisan kepada masyarakat
untuk didengarkan kisahnya sekaligus dicerna, dipahami nasihat-nasihat pesan
moral yang ada didalamnya. Tidak sembarang orang bisa menjadi pawang. Hanya
orang-orang tertentu, khusus dan terpilih saja yang bisa menjadi pawang dan
bertugas menyampaikan cerita secara lisan kepada masyarakat.
Di
Negara Indonesia, seluruh wilayahnya memiliki dan berkembang adanya cerita
rakyat. Cerita rakyat sebagai cerita lisan sering mengalami adanya varian
cerita artinya bisa saja cerita rakyat didaerah satu dengan daerah lainnya
memiliki kesamaan atau perbedaan cerita perkembangannya yang bersifat komunal
dan dari mulut ke mulut. Namun demikian adanya varian cerita ini tidak bisa
disebut sebagai plagiasi karena bersifat komunal dan tidak ada pemiliknya
(anonim).
Sejarah
pedesaan juga menjadi salah satu tujuan Pemerintah Republik Indonesia dalam
Pembangunan Nasional, agar masyarakat Indonesia khususnya pada daerah terkecil
seperti desa dapat mengetahui peristiwa sejarah yang ditempatinya. Akan tetapi
hingga sampai saat ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah dan
asal usul desa yang menjadi tempat tinggalnya. Hal ini disebabkan Pemerintah
Desa hanya memfokuskan dalam bidang perkembangan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur pada desa tersebut. Padahal sejarah juga wajib untuk diketahui oleh
masyarakatnya sendiri agar ketika ada orang asing yang bertanya tentang sejarah
dan asal usul desa maka dapat dijelaskan dengan baik serta mudah dipahami
tentang bagaimana sejarah suatu desa.
Desa
Kerang adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Takeran Kabupaten
Magetan yang sudah ada sekitar Tahun 1700-an serta sudah cukup lama diketahui
oleh masyarakat tetangga. Desa Kerang ini memiliki luas wilayah kurang lebih 95
km2 merupakan dataran rendah yang sebagian adalah lahan pertanian dan
perkebunan dengan jumlah penduduknya sekitar 1826 jiwa berdasarkan data Indeks
Desa Membangun pada tahun 2022. Desa Kerang merupakan desa yang memiliki
wilayah cakupan terkecil didaerah Kecamatan Takeran karena hanya memiliki 1
Dusun dan 6 RT saja. Lahan pertanian di Desa Kerang cukup luas maka sebagian
masyarakat Desa Kerang lebih banyak berprofesi sebagai petani penggarap sawah
untuk memenuhi kehidupannya.
Orang
jawa punya peribahasa yaitu bila ada asap pasti ada apinya. Begitu pula dengan
keberadaan suatu negara, propinsi, kabupaten bahkan sampai ke tingkat desa pun
juga mempunyai sejarah atau legenda yang dijadikan suatu cerita tentang
keberadaannya dapat diterima melalui suatu bukti sejarah yang otentik ataupun
melalui cerita dari orang tua yang diwariskan secara turun temurun, meskipun
untuk pembuktiannya sangat sulit karena mengingat minimnya bukti yang berupa
fakta maupun bukti sejarah lainnya sebagai bahan acuan pendukungnya. Demikian
juga dengan keberadaan berdirinya Desa Kerang sangat sulit dibuktikan
pengungkapannya karena keterbatasan dengan bukti-bukti pendukung.
Mungkin
sangat sulit untuk diuraikan mengenai latar belakang atau asal usul nama
Kerang, namun mengingat tidak adanya sumber yang pasti untuk dijadikan pedoman
atau rujukan dalam penulisan sejarah ringkas Desa Kerang. Walaupun demikian,
berikut ini kami ingin mencoba untuk menceritakan sejarah asal usul Desa Kerang
yang kami buat berdasarkan cerita dari orang tua atau para sesepuh desa serta
dari berbagai sumber berdasarkan penelusuran kami untuk mengetahui awal mula
berdirinya atau terbentuknya nama Desa Kerang yang kami banggakan ini.
Berdasarkan
cerita dari mulut ke mulut, Desa Kerang dulu merupakan daerah atau kawasan yang
belum berpenghuni serta lingkungannya masih banyak ditumbuhi pepohonan yang
lebat dan besar. Karena dengan adanya banyak pepohonan yang lebat inilah maka
mengakibatkan daerah ini sangat banyak mistisnya. Pada suatu hari ada seseorang
perempuan yang bernama Mbah Sadirah yang sampai sekarang dikenal sebagai orang
yang babat Tanah Kerang ini. Beliau mengembara dan berpetualang hingga dia
sampai di daerah ini. Saat tiba didaerah ini Mbah Sadirah membersihkan lahan
sedikit demi sedikit untuk dia tempati.
Setelah
beberapa waktu berlalu dan tinggal didaerah ini, dia menemukan ikan bukur
dibeberapa tempat titik aliran sungai yang ada di daerah ini. Sekali datang
ikan itu memiliki jumlah yang sangat banyak namun demikian
beberapa
saat langsung hilang seketika entah kemana perginya. Di lain waktu bukur itu
datang lagi dan hilang kembali seperti biasanya dan begitulah seterusnya. Mbah
Sadirah menyebut ikan bukur itu dengan nama Ikan Kerang. Oleh karena itu dengan
adanya ikan kerang ini dengan jumlah yang tidak sedikit maka Mbah Sadirah
menamakan daerah ini dengan sebutan Desa Kerang. Disisi lain ada yang
menyebutkan Kerang adalah singkatan dari “Angkere arang-arang” dimana
hal ini dimaksudkan karena adanya ikan bukur itu dipercaya bahwa tempat-tempat
yang didatangi ikan bukur tersebut pasti tempat yang memiliki mistis tinggi
atau angker.
Di Desa
Kerang juga memiliki beberapa tempat yang dianggap sebagai petilasan
bersejarah, diantaranya yang pertama adalah Pundung Mbatan, Pundung Mbatan ini
terletak didekat sawah. Dinamakan Pundung Mbatan karena dipundung bergerombol
tumbuhan yang banyak batu batanya. Tempat ini salah satu bukti tempat yang
dianggap keramat oleh warga Desa Kerang. Pundung Mbatan juga merupakan salah
satu peninggalan sejarah yang ada di Desa Kerang.
Petilasan
yang kedua adalah Mbah Gono, menurut cerita bahwa tempat ini dinamakan tempat
atau kediaman Mbah Gono. Dahulu setiap ada orang atau masyarakat yang ingin
mempunyai hajatan pasti membawa makanan, menurut cerita agar kegiatan hajatan
dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hal rintangan apapun. Kemudian yang ketiga
adalah Gempol, tempat ini dinamakan gempol karena pada Zaman dahulu kala diarea
persawahan ini terdapat pohon besar yaitu gempol. Dahulu tempat ini digunakan
untuk ubinan sawah. Tempat ini telah memperlihatkan dan menunjukkan salah satu
bukti bersejarah yang ada di Desa Kerang.
Tempat
yang terakhir adalah Punden, merupakan suatu tempat yang dihormati atau menjadi
objek-objek pemujaan, penghormatan, bersemedi atas leluhur desa setempat dan
biasanya tempat ini dikeramatkan. Di Desa Kerang masih terdapat punden dan
situs bersejarah peninggalan kepurbakalaan nenek moyang berupa beberapa lesung
yang pada zaman dahulu kala digunakan untuk menumbuk padi sehingga dianggap
sebagai salah satu ciri khas kebudayaan asli Nusantara yang perlu dilestarikan
dan menjadi obyek wisata religius di Desa Kerang.
Adat
istiadat yang tidak pernah ditinggalkan di Desa Kerang yaitu kegiatan Bersih
Desa. Pada setiap bulan Suro di Desa Kerang dilaksanakan kegiatan Bersih Desa.
Warga desa Kerang sangat antusias karena kegiatan seperti ini merupakan
kegiatan agenda setiap tahun yang dilaksanakan secara hikmat dan sakral.
Menurut cerita kegiatan ini harus dilaksanakan karena kalau tidak
implementasikan, konon akan terjadi musibah atau marabahaya sehingga hal-hal
yang tidak diinginkan akan muncul sebagai pertanda adanya bencana.
Salah
satu kesenian budaya yang masih ada di Desa Kerang adalah Hayog. Di namakan
Hayog karena kesenian ini terdiri dari perpaduan atau kolaborasi antara Hadroh
dan Reyog. Suatu desa pasti tidak lepas dari peran serta seorang tokoh pemimpin
yang akan mengembangkan potensi kultur kehidupan masyarakat yang ada di desa
tersebut serta bisa menjadi panutan dan suri tauladan ditengah-tengah kehidupan
bermasyarakat. Berdasarkan data nama-nama Kepala Desa yang pernah memimpin Desa
Kerang adalah sebagai berikut:
1. Sebelum tahun 1909 tidak diketahui
2. .........
sampai dengan 1909 =
Kertomedjo
3. 1909
sampai dengan 1942 =
Martoredjo Djaliman
4. 1942
sampai dengan 1944 =
Partoredjo Kaimin
5. 1944
sampai dengan 1945 = Shodiq
6. 1945
sampai dengan 1948 =
Somoredjo Sarni
7. 1948
sampai dengan 1956 =
Martoredjo Kairun
8. 1956
sampai dengan 1989 =
Soewarno
9. 1990
sampai dengan 1998 = Suhud
10. 1999
sampai dengan 2007 = Edi
Sujoko
11. 2007
sampai dengan Sekarang = Marno
Demikian
sedikit atau sekelumit cerita tentang legenda asal usul berdirinya serta
terbentuknya nama Desa Kerang sesuai dari hasil penelusuran ke beberapa orang
tua dan para tokoh sesepuh desa. Ada pepatah yang mengatakan “Teu lali ka
purwadaksina” yang berarti tidak lupa akan asal usulnya dan “Jas Merah”
yang artinya Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Kata-kata itulah yang
menjadi ruh dan penyemangat sampai terselesainya penulisan Sejarah Desa Kerang
ini.
Semoga
dalam penyusunan Sejarah Desa Kerang ini sesuai dengan tujuan awal yaitu agar
anak keturunan dan para pelaku sejarah hingga sampai generasi penerus Desa
Kerang dapat mengetahui serta memahami kegiatan aktifitas para leluhurnya untuk
dapat meneladani hal-hal bersifat positip sehingga para generasi penerus tidak
akan lupa dengan adanya kearifan asli budaya lokal di desanya.
Harapan
serta antusiasme yang tinggi dari masyarakat Desa Kerang, seketika sejarah desa
ini nantinya dapat dibaca merupakan suatu pengakuan atau legitimasi dari
masyarakat terhadap kebenaran sejarah Desa Kerang sekaligus mensukseskan visi
dan misi Kepala Desa Kerang yaitu Desa Kerang yang “Bagja Raharja Sindang
Kasih Sugih Mukti”.
Penulis:
Nurbianto
0 Komentar