Seperti biasanya, selepas
sholat subuh Burhan menyempatkan dirinya untuk berjalan jalan santai melihat dan
menikmati suasana pagi desa yang hampir 7 tahun ditinggalkannya, saat dia
putuskan untuk merantau setelah tamat bangku SMA. Suasana Desa Mongga yang
berada tepat dikaki Gunung Lawili pagi itu terlihat indah dan udaranya segar, sesekali
terdengar suara burung bersahutan dan matahari pagi
mulai terlihat pancarkan cahayanya diufuk timur, semakin menambah indahnya pesona
pagi Desa Mongga yang masih asri. Walau sudah cukup jauh dia
berjalan, namun tidak terlihat rasa lelah sedikitpun darinya. Burhan sosok
pemuda desa yang tampan, posturnya tinggi
tegap dengan warna kulit putih bersih dan senyum manis yang selalu terlihat
dibibirnya membuat Burhan tampak beda dengan pemuda Desa Mongga kebanyakan.
Sesampainya dirumah didapati ibunya yang sedang menjemur pakaian. ”Assalamu alaikum’’ salam Burhan
sambil berjalan mendekati ibunya,”Wa
alaikumussalam” sahut sang ibu sambil menoleh ke arah sumber suara. “Kamu nak, kebetulan ibu sudah masak, semua
ibu siapin diatas meja, kamu sarapan dulu”. “Terimakasih bu” ujar Burhan
sambil berjalan masuk ke rumah. Selain seorang ibu yang hanya sebagai ibu rumah
tangga, yang hanya sesekali mendapatkan pekerjaan menjadi buruh untuk tanam
ataupun memetik jagung warga saat musimnya tiba, Burhan juga memiliki seorang
adik perempuan yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA, sedangkan orang tua laki-lakinya sudah meningggal sejak Burhan masih
kelas 3 SMP. Keluarga Burhan adalah keluarga sederhana yang selalu merasa bersyukur
dengan keadaan yang ada.
Rumahnya yang
berada dipinggir jalan desa terlihat sangat sederhana, halamannya luas dan
bersih. Hanya pagar bambu seadanya dan deretan pohon kelor yang berdiri membatasi
dengan lahan tetangganya. Jauh dibelakang rumahnya tepat dikaki gunung Lawili ada
sungai yang airnya tetap mengalir sepanjang tahun. Airnya jernih dan sangat
dingin. Tempat yang Sering Burhan datangi sekembalinya dari tanah rantau untuk
bersantai sekedar menenangkan pikirinnnya. Karena akibat di PHK sangat mempengaruhi
kehidupannya, terutama dari segi ekonomi. Kenapa tidak, baru saja Burhan mendapatkan
promosi, dengan posisi yang lebih baik dari sebelumnya, baik dari besaran gaji,
maupun fasilitas yang diberikan perusahaan, tiba-tiba di PHK. Sebagai efek dari
pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, karena banyak perusahaan yang
memberhentikan pekerjanya termasuk perusahaan tempat Burhan bekerja.
Sejak bapaknya
meninggal, Burhan menjadi tulang punggung keluarganya. Untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya sehari hari, sepulang sekolah Burhan kecil sudah terbiasa untuk
bekerja sekedar untuk mendapatkan uang tambahan belanja kebutuhan dapur ibunya.
Sampai dia putuskan untuk merantau. Walaupun keputusannya itu dirasakan berat karena
harus meninggalkan ibu dan adiknya, tapi karena rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap keluarganya dia harus
ikuti keinginanya. Karena saat itu dia berpikir, dengan kondisi desa Mongga yang
seperti itu tidak dapat menjamin masa depan diri dan keluarganya. Sementara
untuk kuliah sangat mustahil, mengingat kondisi keluarga yang tidak memungkinkan.
Aktivitas siang
hari masyarakat desa Mongga, hampir tidak ada yang berarti. anak anak muda jarang
terlihat mungkin masih tertidur lelap karena malamnya mereka begadang hingga larut
bahkan sampai menjelang subuh. Sementara kaum perempuannya duduk duduk santai. Ada
yang nongkrong sambil sesekali foto selfi untuk diuploud di akun facebooknya masing-masing.
Seperti halnya yang dilakukan Linda sama temannya. “Linda, fotoin aku dong”
ujar Ana sambil menyodorkan HP OPPO tipe terbarunya ke Linda. Lindapun menuruti
kemauan si Ana sambil berhitung “satu….dua…..tiga…”,
pada waktu bersamaan si Ana pun sudah siap dengan pose senyumnya yang manis
dengan leher yang sedikit dibengkokannya ke kiri. Lalu segera menghampiri Linda
untuk melihat hasil jepretannya. ”Terimakasih,
aku mau upload di FB”. ”Tunggu tunggu, gantian dong, emang kamu sendiri yang
mau update status?’’ Pinta Linda sambil menuju sebuah pohon mangga sebagai
latarnya. Tidak mau kalah dengan si Ana, Lindapun mulai dengan eksen andalannya,
dengan posisi berdiri dengan kakinya sebelah ditekuk kebelakang dan kedua tangannya
diarahkan kesamping wajahnya. Kemudian keduanya sibuk merangkai kata kata. Sambil
senyum senyum sendiri, Ana membaca kembali tulisannya sebelum diposting “Awali harimu dengan senyuman”dengan tagar “jangan_lupa_bahagia”. Linda dan Ana memang merupakan sebagian dari
gadis desa Mongga yang gemar sekali bermain sosial media, terutama facebook.
Ada juga yang
berkumpul dengan tetangganya sambil mencari kutu dikepala bergantian satu
dengan yang lainnya, bahkan ada yang membentuk lingkaran, sambil bercerita
tentang serunya film Layangan Putus yang disiarkan stasiun televisi swasta, ada
kelompok yang duduk gosipin tetangga lainnya sambil makan rujak mangga dengan sambal
seadanya. Ada yang iseng-iseng
menggoda jika ada cowok tampan yang lewat. Ada lagi berbagai macam kegiatan lainnya
yang hanya menghabiskan waktu secara percuma. Kondisi masyarakat yang sangat tidak
bermanfaat. Makanya tidak heran kalau desa Mongga terlihat beda dari desa desa
tetangga lainnya, bahkan termasuk kategori status desa tertinggal berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang dirilis
pemerintah.
Ketika hari mau
sore, terlihat Burhan dengan penampilannya yang rapi dengan tas di punggungnya,
berjalan melewati sekelompok gadis desa. Seseorang dengan tampilan rambut yang
dicat warna pirang menggodanya. ”Buah
durian buah kedondong, Hai Burhan, godain kita dong”. Burhan hanya bisa
melempar senyum khasnya kearah gadis itu sambil berlalu.
Suasana malam
desa Mongga setiap harinya terlihat sepi. Hanya sesekali terdengar suara motor
yang lewat dengan suara nyaring menggelegar dari knalpot yang dimodifikasi. Di
depan teras rumah, Burhan sedang duduk berdua dengan ibunya. Sepertinya ada
sesuatu yang serius yang sedang mereka bicarakan.”Bagaimana hasilnya tadi siang nak, apa ada lowongan pekerjaan yang didapat?” Tanya
ibunya sambil mendekatkan gelas berisi air putih ke arah Burhan. Dengan suara yang
nyaris tak terdengar “Nggak ada bu,hampir semua toko tidak menerima
karyawan baru bu, selama pandemi COVID-19, toko-toko mengalami penurunan omset”
jawab Burhan sambil minum air putih yang ada didepannya.”Banyak barang mereka yang tidak laku, bahkan
sampai ada toko yang tidak bisa membayar gaji pegawainya dan akhirnya
diberhentikan bu” lanjut Burhan menjawab pertanyaan ibunya.”Sabar saja nak, yang penting kita tetap mau
berusaha dan selalu berserah diri pada NYA, insaallah pasti akan mendapatkan
yang terbaik” sambil berdiri memegang gelas.”ibu mau istrahat dulu, jangan lupa kunci semua pintu” lalu si ibu
masuk menuju kamarnya.
Dari kejauhan
terdengar sekelompok anak muda bernyanyi nyanyi hanya diiringi sebuah gitar
bolong. Burhan yang mendengar lagu itu dari kamarnya, sesekali mengikuti
liriknya sambil bersiul siul kecil. “Beta
janji,beta jaga, ale untuk selamanya… Beta janji untuk setia,hanya untuk satu
cinta. Lagu yang memang sedang popular dikalangan anak muda desa Mongga, bahkan
sampai anak usia SD pun tau dan hafal lirik lagu tersebut.
Malam semakin larut,
gelap pun menyelimuti seluruh desa. Sementara suara nyanyian anak muda masih sayup
terdengar, dari satu lagu ke lagu lainnya tanpa peduli akan dingin yang menusuk
sampai ke dalam tulang. Seiring dengan suara jangkrik yang menggema seakan akan
tidak menginginkan hadirnya pagi mengganti sang malam. Kebiasaan teman-temannya
tersebut sangat berbeda dengan Burhan yang selalu menghabiskan waktu malamnya
dirumah. Entah apa yang dipikirkan atau ada sesuatu yang direncanakan olehnya.
Namun walaupun
kebiasaan anak muda desa Mongga seperti itu, tidak pernah terdengar kabar adanya
kasus pencurian ataupun kasus kasus lainnya yang menjadi penyakit sosial kemasyarakatan.
Tidak pernah terdengar perkelahian antar pemuda yang sampai ada korban jiwa. Kalaupun
ada itu hanyalah ribut ribut kecil, namun bisa segera diatasi dan diselesaikan
secara kekeluargaan. Karena aparat kepolisian dan tentara dalam hal ini Babinkamtibmas
dan Babinsa selalu sigap dan tanggap terhadap hal hal yang bisa mengganggu keamanan
dan ketertiban masyarakat, tentunya berkoordinasi dengan pemerintah desa dengan
mengikutsertakan para tokoh dalam masyarakat tersebut.
Masyarakatnya
selalu hidup damai dan kebersamaannya masih kuat melekat, kebiasaan gotong
royong serta adat istiadat warisan leluhurnyapun masih dijalaninya sampai sekarang.
Seperti jika ada salah satu masyarakatnya yang bangun rumah ataupun ada anak
tetangganya yang mau menikah, semua warga akan terlibat untuk berpartisipasi
membantu sesuai dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing. Semua keluarga,
sanak saudara, tua muda, laki-laki maupun perempuan semuanya terlibat, bahkan anak-anakpun
ikut serta dalam kegiatan yang dimaksud. Hal tersebut menjadi keistimewaan desa
Mongga dibanding desa desa lainnya yang ada dalam wilayah kecamatan tersebut.
Burhan terlihat
sibuk, mondar mandir dalam rumahnya, sesekali ia keluar menuju halaman samping
lalu menuju kebagian belakang halaman rumahnya. Tidak jelas apa yang ia cari ataupun
yang ingin ia perbuat. Ibunya yang duduk diserambi tepat dibawah pohon mangga
memperhatikannya sedari tadi. “Kamu cari
apa nak, ibu lihat dari tadi mondar mandir saja?”. “Burhan cari tongkat kayu sama garpu garuk rumput bu”. Sambil
mendekati dan duduk disamping ibunya.”Burhan
mau bersih bersih sampah disaluran air depan rumah bu”. Sambil berpikir
sejenak, langsung si ibu menunjuk ke arah gudang dibelakang rumah.”Coba kamu cari digudang, mungkin ada
disana”.
Tanpa lama lama
sambil berlari lari kecil, Burhan menuju tempat yang ditunjuk ibunya. Bangunan
sederhana yang ada paling pojok belakang halaman rumah, dekat rimbunan pohon
pisang, yang dibuat seadanya hanya untuk menyimpan barang barang yang tidak dimanfaatkan.
Tidak butuh waktu lama, setelah cari kesana ke mari, akhirnya alat yang dicaripun
dia dapatkan.”Kalau butuh cangkul juga
ada disitu” teriak ibunya sambil tambal sulam kain sarung yang robek. Semua
peralatan tesebut merupakan peninggalan bapaknya yang semasa hidupnya bekerja
sebagai buruh tani. Sengaja si ibu menyimpannya dalam satu tempat sewaktu waktu
bisa dipergunakan lagi seperti ini.
Setelah semua
peralatan yang dibutuhkannya sudah ada, dan memperbaiki serta mengganti bagian
gagang kayu dari garpu penggaruk rumput yang sudah lapuk segera Burhan menuju saluran
air yang ada didepan rumahnya. Tampak Burhan sangat semangat, itu terlihat dari
caranya berjalan. Semua alat alat tersebut dipikulnya diatas pundak sedangkan tangannya
sebelah diayunnya dengan cepat.
Kalau hanya
sekedar untuk bersih bersih sampah, rasanya semangat Burhan yang seperti itu
mungkin terlalu berlebihan. Atau mungkin ada sesuatu yang direncanakannya lebih
dari sekedar soal sampah. Sehingga rasa optimis sangat terlihat jelas dari raut
mukanya. Atau hanya sekedar modus agar bisa melihat dan menggoda gadis gadis yang
lalu lalang dijalan tersebut? karena setiap harinya dijalan tersebut selalu ramai
dilalui orang orang menuju ujung jalan, terutama kaum remaja seperti Linda dan Ana,
lebih lebih diwaktu sore hari, walau hanya sekedar untuk berfoto foto sambil
menikmati sang mentari yang secara perlahan bersembunyi lalu menghilang dibalik
puncak gunung Lawili. Entahlah hanya Burhan dan pikirannya yang tau.
Saat itu Burhan
mengenakan celana pendek setinggi lutut, dan topi, juga kaos oblong warna hijau,
dengan gambar berukuran kecil dibagian dada sebelah kiri yang merupakan lambang
salah satu partai dan gambar pasangan wajah orang memakai kopiah sambil senyum.
Dibawahnya tertulis “BERSATU KITA MEMBANGUN MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA, JANGAN
LUPA COBLOS NO. 4”. Rupanya kaos tersebut merupakan kaos salah satu pasangan calon
peserta Pilkada beberapa tahun yang lalu, yang masih terlihat baru karena
tersimpan rapi dalam lemari, yang hanya dipakai saat kampanye calon yang bersangkutan.
Ternyata sudah Menjadi kebiasaan di kabupaten wilayah desa Mongga berada, setiap
Pilkada, untuk menarik simpatik dan minat para calon pemilih, setiap Calon yang
ikut kontestasi pilkada selalu membagi bagikan kaos seperti itu di masa masa kampanyenya.
Bangunan saluran
air tersebut berada didepan rumah Burhan yang membentang memanjang mengikuti arah
jalan desa. Ujung bangunannya langsung bermuara ke daerah aliran sungai. Bangunan
tersebut sudah ada sejak lama, yang diperkirakan merupakan peninggalan jaman
penjajahan Jepang. Sampai kini masih terlihat kokoh dan utuh, tidak sedikitpun
terlihat retak, pecah apalagi patah, diperkirakan memiliki panjang sekitar 10 km
dengan lebar permukaan kira kira 2 M.
Air disaluran
itu terus mengalir disepanjang tahun. Karena merupakan saluran yang terhubung langsung
dengan waduk yang ada diujung jalan desa tersebut. Keberadaanya selama ini
sering digunakan masyarakat sebagai tempat untuk membuang sampah rumah tangga, atau
sampah sampah lainnya, sehingga laju aliran airnya tidak lancar karena tertahan
sampah yang nyangkut sampai menumpuk. Kadang juga dimanfaatkan warga untuk memandikan
atau mencuci kendaraan bermotor.
Burhan terus saja
membersihkan sampah yang ada, hampir seluruh badannya basah, karena dia langsung
masuk ke dalam air. Sampah sampah yang ada dia bawa dan dikumpulkannya menjadi
satu tumpukan kearah tepi bangunan saluran air. Sesekali dia beristirahat sambil
duduk dibibir bangunan dan kedua kakinya dibiarkan terjuntai ke dalam air. Beberapa
orang yang lewat geleng geleng kepala dan kagum melihat apa yang dilakukan Burhan.
Kadang ada juga yang menyapanya, namun dia hanya membalasnya dengan senyuman sambil
menundukkan kepalanya sebagai tanda hormatnya kepada orang tersebut. Burhan memang
termasuk tipe pemuda pekerja, jarang sekali bicara, jika tidak ada hal penting
untuk dibicarakan.
Tidak terasa
hampir sepanjang pagar halaman rumahnya sudah bersih dari sampah. Sudah mulai
terlihat indah karena laju aliran air menjadi semakin lancar. Terdengar olehnya
ada suara batuk yang dibikin-bikin.”Ehem
eheem…,Buah Durian buah kedondong, Hai Burhan, minta nomor Wa nya dong” kemudian
berlalu sambil menoleh kearah Burhan. Ternyata gadis berambut pirang yang memang
suka menggodanya. Burhanpun membalasnya dengan senyuman, si gadispun melambaikan
tangannya dan berlalu semakin jauh.
Tidak lama
berselang, datang seorang laki-laki dengan postur agak gemuk dengan gaya rambut
cepak menghampirinya, “Hai browww istrahatlah
dulu, emang nggak capek dari tadi kerja melulu?” Mendengar ada orang yang
menyapanya, langsung Burhan menuju kepinggir dan mendekati pemuda tersebut yang
tidak lain adalah Boli, yaa BOLI SETIADI
nama lengkapnya. Mereka merupakan tetangga dekat karena rumahnya bersebelahan. Mereka
berdua sangat akrab. Selain sebagai tetangga, mereka juga sudah berteman dari
kecil saat masih duduk dibangku SD. Boli memiliki karakter yang berbeda dengan
Burhan. Bawaannya selalu ceria. Hidupnya selalu enjoy. Orangnya supel. Jadi tidak
mengherankan jika dia banyak memiliki teman karena mudah sekali untuk bergaul.
Burhan mulai
mengajak ngobrol si Boli. Rupanya topik yang mereka bicarakan sangat menarik
sehingga Boli yang tadinya berdiri kini sudah duduk didekat Burhan. Karena
pembicaraanya serius, merekapun pindah menuju teras rumah Burhan untuk melanjutkan
pembicaraanya. Mereka mengambil kursi dan duduk saling berhadapan yang hanya
dibatasi oleh meja. Terlihat keduanya saling tertawa lepas mungkin mengingat
kembali masa-masa kecilnya dulu. Namun lama kelamaan tidak erdengar lagi suara tertawa. Boli tampak mulai
serius mendengar apa yang disampaikan temannya itu. Sesekali kepalanya mangguk-mangguk
sebagai tanda kalau dia paham dan mengerti akan penjelasan Burhan.
Sambil mengambil
sebatang rokok lalu dibakarnya, Boli berkata”apa
kamu yakin itu bisa dilakukan?”. Burhan menjawab ”Saya pikir, Kalau kita mau berubah untuk menjadi lebih baik, semua
warga pasti akan mau terlibat dalam rencana kita ini, Makanya aku ajak kamu untuk
diskusi, karena aku anggap kamu adalah orang yang tepat untuk bersama sama memulai rencana besar kita ini”.
Beberapa saat kemudian keduanya saling bertatapan, dan menyatakan setuju untuk
itu. merekapun saling berpegangan tangan dengan sangat erat sambil berteriak lantang”BERSAMA KITA BISA…YES…!”. Boli mengambil
HP dari dalam kantong celananya, lalu menelpon beberapa temannya. Burhan yang masih
duduk hanya bisa melihat apa yang dilakukan boli. Setelah beberapa temannya dia
hubungi, lalu Boli pamit untuk pulang. ”Ok,sampai
ketemu besok”.
Keesokan harinya,
dengan membawa peralatan yang dipakainya kerja kemarin, Burhan menuju ke saluran
air untuk melanjutkan membersihkan lagi sampah sampah yang ada. Betapa kagetnya
Burhan ternyata disana sudah ada banyak orang yang menunggunya dengan peralatan
kerja masing masing. Boli yang sudah ada dilokasi sejak tadi langsung menghampiri
Burhan dan menyampaikan kabar bahwa semua warga sudah siap untuk bekerja
membersihkan sampah disepanjang saluran air. Ternyata apa yang dibicarakanya
dengan Boli kemarin mendapat respon baik oleh semua warga terutama warga yang
memiliki rumah yang berhadapan langsung dengan saluran air tersebut.
Keadaan masyarakat
saat itu sangat berbeda, seperti terkena hipnotis massal. Karena mereka yang biasanya
hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia, kini menyatu padu membersihkan sampah.
Anak anak muda yang biasanya masih tertidur, hari itu tampak semangat bahu membahu
bekerja tanpa pamrih. Ada yang sedang menarik narik ranting kayu, ada yang mengangkut
sampah kearah tepi, ada yang menyambut mengangkatnya keatas pinggir jalan, ada
juga yang menyabut rumput rumput. Semua bekerja tanpa harus disuruh apalagi
diperintah. Burhan dan beberapa warga lainnya berada diujung saluran sedang memasang
jaring agar sampah yang dari waduk tidak lagi mengalir ke arah saluran air. Sementara
kaum perempuan menyediakan makanan dan minuman ala kadarnya, sekedar untuk
mengganjal rasa lapar warga yang kerja.
Linda dan Ana
pun tidak ketinggalan bersatu dan berbaur bersama warga lainnya. Suara music yang distel dari HP terdengar merdu. Saling
bersahutan, seolah olah ingin ikut berptisipasi. Ada music dangdut, rock, pop
melankolis sampai dangdut koplo pun ada sesuai selera music masing masing. Alunan
music yang terdengar menjadi penyemangat bagi mereka. Ada yang bernyanyi
mengikuti lagu yang disukainya, ada juga yang berjoged mengikuti liukan irama
suling. Keadaan disepanjang saluran air tempat mereka bekerja menjadi hiburan
tersendiri bagi yang melihatnya. Linda dan Ana tentunya tidak membiarkan moment
moment lucu dan menarik seperti itu berlalu begitu saja. Mereka pun berlomba lomba
untuk mengabadikannya. Difotonya beberapa kali dari berbagai tempat dan arah yang berbeda. Kemudian foto
foto itu segera mereka upload di akun FB nya dengan status “Kebersamaan Kami masyarakat desa Mongga”. Sementara si Ana membuat
status biasa “Save di sini Saja “.
Berkat kerja sama
yang luar biasa dari semua warga desa Mongga, yang diprakarsai oleh Burhan dan
Boli, saluran air sepanjang jalan sudah bersih dari segala macam jenis sampah.
Juga tidak ada lagi aroma tidak sedap yang ditimbulkan oleh sampah yang
membusuk. Air yang mengalir mulai dari hulu yang berhubungan langsung dengan waduk
sampai ke sungai sudah terlihat bersih. “…Sebelum
saya mengakhiri pembicaraan ini, sekali lagi saya sampaikan ucapan terimakasih
kepada seluruh warga karena telah berpartisipasi untuk secara bersama sama
membersihkan saluran air sehingga terlihat bersih seperti ini. Semoga apa yang
kita rencanakan dan diskusikan dari tadi dapat kita wujudkan.Demikian,lebih dan
kurangnya kami mohon maaf,Wassalamu alaikum wr.wb.” Burhan mengakhiri
pembicaraannya. ”Waalaikumussalam wr.wb”jawab mereka kompak dengan suara yang lantang.
Seolah olah ada yang komando.
Rupanya malam
itu berlangsung musyawarah warga yang tentunya dikoordinir oleh Burhan dan
Boli. Sengaja Burhan melakukan itu agar warga bisa mengetahui secara jelas apa rencana
serta kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya. Satu persatu warga mulai
meninggalkan tempat musyawarah, termasuk Burhan. Sesampainya dirumah Burhan langsung
menuju kedalam kamarnya. Sambil berbaring diatas tempat tidurnya, Burhan
menggeleng gelengkan kepala seakan akan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Antusias
warga yang sangat luar biasa, membuatnya merasa bangga menjadi warga desa Mongga.
Keadaan desa
Mongga malam itu seperti biasanya. Suara jangkrik menggema memecah heningnya malam.
Burhan harus segera istrahat dan tidur. Karena besok dia dan beberapa temannya
sebagai perwakilan warga akan pergi ke kantor desa untuk meminta dukungan
pemerintah tentang rencana dan keinginan
warga. Burhan mulai merasa ngatuk dan matanya perlahan lahan mulai tertutup. Dari
kejauhan sayup sayup terdengar suara nyanyian beberapa anak muda. “… Oh mungkinkah diri ini, dapat merubah buih yang memutih, Menjadi permadani, seperti pinta Yang kau
ucap dalam janji cinta…” Sementara Burhan sudah terlelap dan larut bersama
mimpi mimpi indah dalam tidurnya.
Pagi itu Burhan
terlihat sangat rapi. Setelah selesai sarapan dia berpamitan sama ibunya.”Bu,Burhan mau pergi ke kantor desa
bersama dengan teman-teman”. Dengan
rasa kaget “Kamu ada masalah apa, sehingga
kamu dipanggil oleh desa nak” pinta ibu nya. “Tidak bu,tidak ada masalah apa-apa,Burhan bersama teman teman ingin
berkoordinasi sekaligus meminta bantuan sama pemerintah desa tentang keinginan
warga bu” jelas Burhan dan si ibu pun tenang.”Oh, Hati-hati dijalan dan semoga sukses nak”. Lalu Burhan meninggalkan rumah menuju kantor desa.
Sesampainya dikantor
desa, Burhan langsung disambut Boli dan teman–temannya yang lain yang memang
sudah sampai duluan beberapa menit yang lalu. Waktu dikantor desa menunjukkan
pukul 8 lebih 20 menit, Burhan CS langsung menuju meja yang ada tulisan “TAMU WAJIB LAPOR”. Setelah menjelaskan
maksud kedatangan mereka dan mengisi buku tamu yang disodorkan, kemudian mereka
dituntun oleh salah satu staf desa menuju ruangan Kepala Desa. Suasana kantor saat
itu terlihat sibuk, Beberapa perangkat desa sibuk melayani warganya sesuai dengan
jabatannya masing-masing. Nampak beberapa warga yang sedang duduk dibangku antrian
sedang menunggu giliran untuk dilayani keperluannya. Pemerintah Desa berupaya
memberikan pelayanan yang maksimal terhadap setiap warga yang membutuhkannya.
Setelah
mendengar penjelasan dari Burhan yang mewakili teman-temannya yang hadir saat
itu, Bapak Kepala Desa memberikan respon sambil memperbaiki posisi duduknya “Kami sangat berterima kasih kepada bapak BURHANUDDIN
SAMBO beserta rekan-rekannya yang sudah berinisiatif dan memotivasi semua warga
untuk memanfaatkan potensi bangunan saluran air yang ada. Dan Kami pemerintah
desa siap untuk membantu segala sesuatu yang dibutuhkan. Karena kegiatan
pemberdayaan kelompok masyarakat seperti ini menjadi salah satu prioritas dalam
program kerja kami yang termuat dalam APBDes”.
Kemudian Kepala
Desa melanjutkan pembicaraannya. ”Kami akan
berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten dan membangun komunikasi dengan
instansi terkait agar bisa mendukung usaha yang dilakukan bapak bapak sekalian. Kami juga akan berkoordinasi dengan pengurus BUMDES,
agar bisa ikut membantu dalam hal menyediakan
bahan baku dan segala keperluan yang dibutuhkan selama berusaha”. Sebelum
mengakhiri pembicaraannya Bapak Kepala Desa berpesan kepada Burhan Cs.”Teruslah semangat untuk membangun desa, dan
bersama-sama untuk selalu menjaga
keamanan dan ketertiban lingkungan agar tercipta masyarakat aman dan damai”
Mendengar semua
yang telah disampaikan bapak kepala Desa, Burhan dan teman-temannyapun saling
bertatapan satu sama lain sambil senyum sumringah. Setelah semua pembicaraan
selesai, merekapun saling bersalaman dan berpelukan dengan bapak kepala desa. Sebelum
keluar meninggalkan ruangan kepala desa, mereka berfoto foto bersama. Terlihat
sekali ekspresi penuh semangat dari wajah wajah mereka.
Hari itu
suasana disepanjang jalan jalur saluran air terlihat ramai. Ada beberapa
kendaraan yang terparkir dipinggir jalan. Baik roda dua maupun roda empat. Mereka
adalah orang dari luar desa Mongga yang sengaja datang untuk berbelanja. Tidak
hanya dari desa-desa tetangga, bahkan orang-orang dari ibu kota kabupaten pun
ada. Mereka datang untuk membeli ikan. Ternyata usaha budi daya ikan air tawar
yang dilakukan kelompok masyarakat desa Mongga sepanjang saluran air sudah mulai
dipanen dan membuahkan hasil.
Kabar tentang
adanya usaha budidaya ikan air tawar oleh masyarakat desa Mongga tersebar dengan
sangat cepat. Selain cerita dari mulut ke mulut oleh mereka yang pernah datang
belanja, informasi juga tersebar melalui sosial media seperti facebook. Hampir
setiap hari desa Mongga selalu saja ramai oleh orang-orang yang membeli ikan. Bukan
hanya dari ibu-ibu yang belanja untuk kebutuhan rumah tangganya, tapi juga dari
mereka yang memiliki usaha warung makan. Ikan yang ditawarkan memang masih
sangat segar. Karena ikan-ikan yang siap dijual dipisahkan pada petak jaring tersendiri
didalam air yang petaknya berbeda beda menurut ukuran dan besarnya ikan. Konsumen
tinggal memilih ukuran sesuai dengan keinginannya.
Kelompok
perempuan bertugas melayani konsumen atau sebagai kasir setiap kali mereka membayar,
sementara kaum laki-laki bertugas menjaring ikan yang masih ada didalam air
sesuai pilihan pembeli. Setiap kali bertransaksi, mereka selalu sempatkan waktu
untuk berfoto-foto dengan konsumennya. Sengaja mereka melakukan itu, untuk di
upload di akun fb nya masing-masing. Hal yang sama juga dilakukan para
konsumen. Sehingga tidak heran usaha budidaya ikan air tawar oleh kelompok
masyarakat disepanjang bangunan aliran air desa Mongga viral dan menjadi buah
bibir masyarakat seantero kabupaten.
Semakin hari
tamu-tamu desa semakin ramai yang datang, terutama disore hari. Setelah selesai
berbelanja ikan, ada saja dari mereka tersebut yang menyempatkan diri untuk menghabiskan
waktu sorenya disana, sambil menikmati matahari yang berlalu dari balik puncak
gunung Lawili. Dari dulu memang desa Mongga sudah dikenal dengan keindahan
alamnya. Terutama suasana senjanya.
Kehidupan
masyarakat desa Mongga disepanjang bangunan aliran air kini telah berbeda, semenjak
adanya usaha budidaya air tawar. Tidak terlihat lagi kaum perempuan desa yang
duduk bergosip. Tidak ada lagi mereka yang rujak-rujak ria ataupun bercerita
tentang film Layangan Putus. Tidak ada lagi Linda, Ana ataupun si gadis
berambut pirang dengan kebiasaan lamanya. Tidak terdengar lagi nyanyian anak
muda ditengah dinginnya malam. Kini semua telah berubah. Hari-harinya menjadi
sibuk mengurus dan melayani konsumen yang datang silih berganti.
Keadaan masyarakat
desa Mongga sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, selama
ini hanya dibantukan oleh Bantuan Langsung
Tunai dari Dana Desa (BLT-DD) yang diterimanya dari pemerintah desa. Termasuk
keluarga Burhan. Karena ibunya Burhan merupakan salah satu dari sekian banyak masyarakat
penerima manfaat (KPM) berdasarkan kriteria dari bantuan tersebut. Dengan jumlah
uang yang hanya 300ribu perbulan selama 1 tahun.
Tapi kini keadaan
semua telah berubah. Keberhasilan masyarakat
dalam budidaya ikan air tawar membawa dampak yang luas bagi desa Mongga terutama
dari segi ekonomi. Lebih lebih warga yang tinggal disepanjang bangunan saluran air.
Masyarakat mulai memperbaiki kehidupannya. Ada yang merenovasi ringan rumahnya.
Ada yang membangun permanen MCK keluarga. Ada pula yang mengganti perabot rumah
tangganya. Perubahan tersebut juga terjadi pada keluarga Burhan. Bahkan Burhan
sudah merencanakan untuk melanjutkan pendidikan adik perempuannya setelah tamat
SMA nya nanti ke jenjang perguruan tinggi.
Keberhasilan usaha
kelompok masyarakat secara tidak langsung juga mempengaruhi kemampuan keuangan
desa. Kenapa tidak, karena semua bahan bahan yang dibutuhkan kelompok selama
proses produksi dapat dengan mudah mereka peroleh di BUMDES terutama pellet yang
menjadi pakan utama ikan. Mereka mengambilnya dengan system kredit, dan akan
dibayar saat masa panen ikan. Dengan pola seperti ini dapat meningkatkan
keuntungan dari unit usaha yang dikembangkan oleh BUMDES. Sehingga dari semua
nilai keuntungan BUMDES tersebut, sekian porsennya dapat di alokasikan sebagai
Pendapatan asli desa (PAD Desa).
Desa Mongga sangat
bersukur memiliki masyarakat yang memiliki soliditas tinggi dan mau untuk
bekerja sama membangun desa. Desa Mongga juga bangga karena memiliki pemuda
seperti Burhanuddin Sambo dan Boli Setiadi. Burhan adalah sosok pemuda pekerja
yang sedikit berbicara namun memiliki segudang ide-ide cemerlang. Sedangkan
Boli merupakan pribadi yang supel dan memiliki kemampuan dalam hal mobilisasi massa.
Keberadaan “Duo B” ini, mampu menjadi
motor penggerak masyarakat desa menuju gerbong perubahan.
……………………………………………………………………………………….
Jika sesuatu pekerjaan dimulai dengan niat yang ikhlas
dan berserah diri sepenuhnya kepada illahi Rabbi, niscaya akan memberikan hasil
yang terbaik. Karena “Allah tidak akan memberikan ujian diluar batas kemampuan
manusia”
0 Komentar