Banyuwangi, Desawarnana – Klaster Interaksi, Pengabdian Masyarakat dan Lingkungan Sosial, Sekolah Ilmu Lingkungan menyelenggarakan Program Pengabdian Masyarakat dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia di Sawah Art Space, Desa Olehsari, Kec. Glagah, Kab. Banyuwangi (15/10/22).
Ketua Pengabdian Masyarakat, Dr. Herdis Herdiansyah, menyampaikan bahwa keberlanjutan Pesinauan ini harus dipertahankan karena mampu merawat budaya setempat sekaligus mendekatkan masyarakat sekitar dengan alam dan lingkungan budayanya.
Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan mengembangkan Sekolah Ekobudaya Osing Banyuwangi. Tempat ini menjadi rumah kedua bagi masyarakat sekitar sebagai tempat bermain dan belajar kesenian budaya setempat. Lokasinya yang berada di tengah persawahan membuat siapa saja yang datang merasa nyaman.
Slamet Dihardjo, S.Sn. selaku pangarep atau kepala sekolah Pesinauan menyampaikan, ”Program sekolah adat ini ada sejak 2021, ketika pandemi melanda Indonesia. Dengan pembatasan sosial, anak-anak banyak menghabiskan waktunya di tempat ini. Namun, seiring dengan pelonggaran aktivitas sosial, tempat ini mulai sepi.”
Kegiatan ini mendapat dukungan dan sambutan positif dari Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Bapak Suratno, S.Pd., M.M.. Sekitar 50 peserta yang terdiri dari guru dan peserta didik mengikuti kegiatan ini hingga selesai. Acara pengembangan masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Pada kesempatan ini, Wiwin Indiarti, S.S., M.Hum. sebagai narasumber menyampaikan bahwa pesinauan didirikan sebagai bagian dari kerja-kerja pewarisan dan penguatan jati diri, pola pikir, cara hidup, dan sistem pengetahuan masyarakat adat Osing utamanya pada generasi muda. Pesinauaan menjadi wahana pewarisan nilai-nilai kearifan lokal antargenerasi penerus dengan tetap mengikuti perkembangan zaman. Harapannya, keberadaan pesinauan mampu meningkatkan kapabilitas masyarakat adat dalam mewujudkan masyarakat adat yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya.
Lebih lanjut, koordinator litbang Pesinauan tersebut menjelaskan, “Pesinauan ini memiliki kurikulum yang akan terus berkembang. Materi dan program belajar rutin diadakan setiap akhir pekan di Pesinauan. Kegiatan disusun dan ditentukan sesuai dengan kebutuhan, secara umum materi dan program belajar meliputi tema budaya, ekologi, kesehatan, ekonomi dan kewirausahaan, serta hukum dan advokasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, para guru yang hadir menyampaikan pendapat mengenai rencana untuk mengadaptasi kurikulum pesinauan agar dapat disertakan dalam kurikulum pembelajaran di tingkat SD/MI, SMP/MTs, atau SMA/MA/SMK. Pesinauan sebagai motor penggerakan, sementara sekolah formal menjadi kepanjangan tangan untuk bisa mengembangkan sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.
0 Komentar