Tibet di mata khalayak dunia, terutama Barat, merupakan sebuah negeri fantasi yang penuh mistis dan tak tergapai oleh pemahaman awam. Hal ini tidak lepas dari penggambaran tentang Tibet dalam budaya pop seperti film ataupun lagu. Tibet diceritakan sebagai shangri-la atau ‘atap dunia’ tempat keajaiban dan hal-hal mistis menjadi nyata. Tak pelak, pembahasan dari kacamata ilmiah mengenai Tibet dikaburkan oleh gempuran budaya pop dan prasangka kultural yang diciptakannya.
Padahal, bila kita melihat Tibet secara objektif tanpa kacamata budaya pop dan spiritualisme new age, kita akan mendapati bahwa Tibet tak pernah luput dari pergaulan dan interaksi dengan orang-orang dan bangsa lainnya; bahwa mistisisme Tibet, sehebat apa pun itu, tetap tak mampu membuatnya lepas dari gerak sejarah. Tibet bukanlah melulu menyoal hal yang eksotik, eksentrik, unik, misterius, atau istilah apa pun yang memungkinkan kita membayangkan Tibet sebagai bangsa yang seolah-olah tidak berbagi planet yang sama dengan kita semua. Faktanya, Tibet bukanlah entitas homogen yang beku dari dinamika dan keragaman.
Demikianlah, buku ini hadir menjadi pembeda dalam dunia yang penuh dengan narasi-narasi mistisisme Tibet, memberikan narasi baru secara objektif tentang Tibet, dimulai dari era kekaisaran dan asal mula Tibet mengenal Buddhisme, sampai Tibet pada masa ditulisnya buku ini, di mana spiritualisme dan Buddhisme Tibet bahkan telah menjadi sebuah trend. Baru. 120 K
0 Komentar